Muat Kayu Masyarakat Lokal, Rehan; “Sopir Yang Beli Dari Masyarakat Di Atas”

Truck pengangkut kayu bantalan jenis Matoa dan Merbau ketika berada di atas Jembatan  Komba Sentani {foto live KD: 03/08/23}.

 

Sentani Jayapura, KD. Kamis 3 Agustus 2023 lalu, live di depan camera wartawan media ini sekitar pukul 7:45 wit, tertangkap mata awak media kabar daerah sebuah Truck berwarna kuning dengan sebak muatan kayu campuran.

Truck tersebut mulai dilihat dan diikuti wartawan sejak belokan masuk melalui jalan baru Tabita, kota Sentani. Truk itu berjalan lurus ke bawah dan berbelok kiri di pertigaan jalan menuju kampung Kehiran, menuju ke arah Pasar Lama.

Dengan menggunakan kendaraan roda dua dan mengikuti alur truck berplat PA 4482 JB, truk yang mengangkut kayu putih (Matoa) dan beberapa kayu Merbau {kayu Besi}, akhirnya berbelok masuk ke jalan menuju Komba.

Truck pengangkut bahan mentah berupa Kayu Bantalan ketika hendak berbelok masuk ke jalan Komba Sentani.

Setelah terus diikuti dari belakang truk itu, kendaraan roda enam itu akhirnya berhenti tepat di depan Somel milik salah seorang pengusaha kayu bernama Rehan.

Crew KD Papua pun berhenti akhirnya sekitar lima puluh meter dan memantau, kendaraan pengangkut kayu masyarakat itu atret/memundurkan truknya dan parkir di dalam areal somel.

Salah seorang masyarakat yang sempat dimintai keterangan di dekat lokasi somel Rehan mengatakan, aktivitas pengambilan kayu masyarakat lokal itu sudah cukup berlangsung lama.

Pria paruh baya yang keberatan namanya disebutkan itu menambahkan kepada wartawan, sumber bahan bakunya (KAYU), diduga kerap diperoleh dari Genyem atau dari wilayah Grime Nawa.

Truk pengangkut kayu itu akhirnya berhenti tepat di depan areal Somel milik pengusaha kayu bernama Rehan, di Komba Sentani.

“Dorang ambil kayu dari masyarakat lokal ini sudah sering mo. Tong dengar-dengar kalau tidak salah dong ambil dari Genyem.

Selalu truk masuk bawa dengan kayu-kayu bantalan besar-besar, baik itu kayu Besi dan Matoa. Tidak tahu siapa punya kayu, tapi yang jelas tong menduga itu pasti kayu masyarakat di atas (Grime Nawa, red)”. Ujar nara sumber berdialek Papua.

Bos pengusaha Somel Rehan ketika dimintai konfirmasinya melalui pesan whats’app, pria non OAP yang tergolong masih sangat muda sebagai pengusaha Papua ini mengatakan,  bahwa kayu yang ditemukan wartawan diangkut tersebut adalah milik sopirnya sendiri yang dibawa ke somelnya.

“Sopir yang beli dari masyarakat di atas”, tulis Rehan memberi konfirmasinya kepada wartawan papua.kabardaerah.com (pukul 13:49 wit), di chat what’sapp, kamis 3/8.

Foto screenshot; bukti konfirmasi Rehan kepada wartawan.

RESPON AKTIVIS MUDA PEMERHATI LINGKUNGAN HIDUP DAN HUTAN PAPUA, YERRY BASRI MAK, SH.

Ketua LSM Wadah Generasi Anak Bangsa ketika disampaikan persoalan temuan lapangan adanya peredaran kayu lokal di Sentani, aktivis muda yang selalu bersuara keras menyoroti persoalan ilegal logging di Papua ini ikut angkat bicara.

Foto: YERRY BASRI MAK, SH (KETUA LSM WGAB PROVINSI PAPUA).

“Peredaran kayu lokal masyarakat adat inikan sampai sekarang belum ada payung hukum yang jelas dan pasti. Maka kategorinya ilegal.

Angkut Kayu Masyarakat Lokal tanpa izin yang berlandaskan aturan atau regulasi dan Undang-Undang yang sah, jelas sifatnya ilegal. Ya harus ditangkap oknum bos Rehan dan Sopirnya itu, dan diproses hukum sesuai aturan yang berlaku.

Kayu masyarakat adat keluar dari hutan dan dibawa ke kota itu harus dengan aturan yang jelas. Kita bukan komplain soal SITU, SIUP, TDP dan lain sebagainya, tapi adakah bos Rehan dan Sopir Truck itu punya izin resmi untuk kelola atau ambil kayu masyarakat lokal?.

Kalau dia ada izinnya, berarti kita salah kalau soroti usahanya. Kalau alasan sopirnya yang angkut kayu dibawa masuk dan mungkin dijual ke Somelnya, maka jangan beli dong kalau sudah tahu itu ilegal.

Tanyakan sopirnya itu, dia ada izin resmi buat angkut kayu masyarakat lokal dari kampung ke kota ya?. Perlihatkan ke kita LSM dan Media kalau memang ada, biar kita klarifikasi sorotan kita yang salah di publik.

Lihat anak panah putih; Truck berwarna kuning yang mengangkut kayu bantalan, akhirnya memarkir kendaraannya di dalam areal pabrik somel milik Rehan.

Yang masih sampai hari ini jadi sorotan dan kecaman kita pemerhati lingkungan, hutan Papua inikan salah satu Paru-Paru Dunia paling terbesar di muka bumi ini.

Mari kita jaga bersama dan jangan sembarang babat hutan karena kepentingan bisnis dan ekonomi alias perut. Ingat dong generasi anak cucu orang pribumi Papua ini ke depan!.

Masih ada banyak cara yang positif Tuhan kasih buat kita bisa hidup, bukan dengan hanya berharap dari menjual hasil hutan kayu saja. Bukan juga dengan hanya berbisnis jual beli kayu masyarakat lokal untuk dikelola dan dijual kembali, baru bisa hidup.

Hutan Papua ini harus dipelihara agar tetap lestari bagi masa depan generasi OAP nanti. Jangan serakah karena kepentingan dari keberlangsungan usahanya.

Pertanyaannya; apakah bos-bos somel itu, mereka beli kayu masyarakat terus mereka bisa kembali lakukan reboisasi di hutan masyarakat yang kayu-kayunya sudah dibabat habis?.

Harus pikir baik!”, tegas ketua LSM memberi pernyataannya panjang lebar kepada wartawan, pagi kemarin (10/8). 📢: Crew KD Papua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *