Foto: lokasi keberadaan tambang emas di Intan Jaya Papua.
Intan Jaya, KD – Satu lagi tambang emas di kawasan Pegunungan Tengah Papua akan memberikan pendapatan hingga triliunan rupiah, kepada negara melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Tambang tersebut merupakan eks tambang milik perusahan tambang raksasa, PT. Freeport Indonesia yang telah di kembalikan kepada negara, dan tambang itu dikenal dengan sebutan “BLOK WABU” Intan Jaya.
Menurut Eric Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tambang tersebut nantinya akan dikembalikan dan dikelola oleh BUMN, yaitu PT. Aneka Tambang Tbk (ANTM).
“Makanya kemarin kita kirim surat ke Menteri ESDM, sebagai perusahaan BUMN kita mengharapkan, ada koordinasi juga dengan Kepala BKPM agar alokasi yang sudah diberikan Freeport kepada negara,
diprioritaskan kepada BUMN untuk masalah pengelolaan emas itu.
Sehingga kita secara konkrit, Antam ini bukan trading company, tapi juga perusahaan tambang emas,” jelas Erick dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, selasa (22/09/2020) seperti dilansir dari laman CNBC Indonesia.
Blok wabu Intan Jaya sendiri memiliki luas mencapai 10.700 hektar dengan potensi kekayaan sebesar 4,3 juta ton biji emas berkadar emas (Au) 2,47 gram per ton.
Dari sumber CNBC Indonesia, potensi cadangan emas dari Blok Wabu Papua ini, bernilai hingga US$ 14 miliar atau sekitar Rp 207,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$). Beroperasi Di Tambang Emas Intan Jaya, Indonesia siap kedatanagan Triliunan Rupiah.
“Makanya kemarin kita kirim surat ke Menteri ESDM, sebagai perusahaan BUMN kita mengharapkan, ada koordinasi juga dengan kepala BKPM agar alokasi yang sudah diberikan Freeport kepada negara, diprioritaskan kepada BUMN untuk masalah pengelolaan emas itu.
Sehingga kita secara konkrit, Antam ini bukan trading company, tapi juga perusahaan tambang emas,” jelas Erick dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, selasa (22/09/2020) seperti dilansir dari laman CNBC Indonesia.
Negara akan memperoleh keuntungan hingga Rp 62,16 triliun selama mengelola tambang emas di Intan Jaya, Papua.
(CNBC/ R-naldo J L).
