GURU TERSALIB DI DOGIYAI

 

Tulisan puitis ini untuk membelah sekaligus mengingatkan publik atas pengrusakan rumah guru SMP YPPK St. Fransiskus Moanemani yang menjadi korban pengrusakan pada tanggal 12 Juli 2022.

Jawaban peradaban bangsa kedalam guru. Jabatan pendidik bangsa ini tidak dikenal. Ia telah dan tetap menjadi sumur bersama dalam arena dan aneka kemajuan bangsa. Ia hidup kedalam kebisingan sekaligus gemuruh zaman.

Guru berdedikasi dengan jiwa bangsanya. Ke dalam jiwa itulah ia merangkai masa depan bangsanya. Bahkan juga menciptakan pahlawan sejagat raya. Ia dikendalikan oleh Roh semesta demi jagat raya, bahkan juga surga.

Karenanya ia berdiri di jalan tukang penyapu jalanan bagi penguasa di dunia. Ke dunia yang tak menentu, guru berkarier. Karier dan jatanya sebagai pendidik mendidih ke dalam kehidupanya.

Ia merontah menghidupkan kehidupan keluarganya di tengah jiwa bangsa menjadi beban yang semakin diuji. Kadangkala menjadi masyarakat jelata, tuntutan kebutuhannya seakan menjadi serongsokan sampah yang menggunung di tengah kota metropolitan.

Walau demikian sejengkal petak rongsokan pun dihempaskan dengan peran suci menjiwai aroma tak sedap. Ia mengubah aroma itu menjadi bau mewangi yang menyerap di segala sudut kehidupan.

Sekalipun lorong batupun ditembusi, bagai air jernih yang meresap tembok besar sekalipun. Engkau patut dipuji. Sungguhpun dunia tak memahami dan mengerti sedalam peranmu itu, engkau tetap berjaya dengan badan keriputmu sebagai tanda torehan pertaruhan jiwa bangsamu bahkan semesta.

Kesejatian dan kekudusan peran hidupmu menorehkan dengan tinta emas di segala zaman. Memang itulah engkau guru di tengah kemajuan bangsa sekaligus kemajuan zaman.

Akar yang engkau rambatkan di dalam tanah untuk menghidupkan bangsa negara juga bumi ini, dapat menghasilkan hutan rimbun yang memberi nafas kehidupan semuanya. Ada segalanya dari sebagian privatmu memberi sejuta harapan seluas jagat, bahkan juga semesta.

Guruku, engkau sungguh membuahkan buah-buah kehidupan yang harus dipetik dalam kehidupan ini. Engkau sebarkan dan semakin merambat sekaligus membumi, kisah kasih dan karya-karya itu semakin menjulang tinggi dan menjauhnya seluas jagat raya. Engkau memang tak ada duanya.

Engkau juga menjadi pemilik hati bagi rakyat dibawah kolong jembatan juga kelompok yang menempati kediamannya di emperan toko-toko di metropolitan. Engkau juga bagaikan sebatang lilin di ruangan sidang dan ruangan kerja pada aneka lingkaran kekuasan.

Ketika ditiup dari aneka kekuasaan pada aneka situasi engkau akan padam dan di sanapun engkau tetap membekas. Bekas kakimu tetap tertancap di ruang hatinya dan namun hatinya tentu kadang menjadi buta.

Ada kalanya di sana ada rabun dekat. Tak mampu menjauh di luar dirinya oleh karena lingkaran kekuasaan. Tragisnya dunia.

Wajah bangsa yang dicetak dari rumah keabadian bangsa bahkan sejagat ini, tertimpa arus besar globalisasi dari aneka wilayah kekuasaan di bumi ini.

Tembok di depan matamu dari kekuasaanmu sungguh engkau tak mampu merobohkannya untuk melihat dunia luar. Wahai para pemimpin dari aneka tingkatan, bahkan privat yang sama sekali tak mampu melihat pemegang jiwa bangsa ini maka sungguh tragisnya penyelenggaraan diri dari kekuasaanmu amat sangat fatal.

Engkau mesti rekonsiliasi ke dalam kehidupan privatmu agar harus mamampu memecahkan rekor dengan peraih bintang yang harus direkomendasikan semesta bagi negerimu, bangsamu, bahkan sejagat, sekalipun dunia tidak mampu melihatmu.

Apakah engkau direkomendasikan untuk menutup mata hati atau mata batin untuk melihat kemunduran bangsa ini dengan otakmu yang jernih atau dengan mata hati yang bening, demi menerobos dan menghalau kabut hitam pekat yang menutup kesejatiannya hidup holistik. Entahlah!.

Sementara itu, tak sadar atau pahamnya itu pendidik generasi bangsa tak segan-segannya engkau merusak kediamannya. Tempat yang ia baringkan diri melepas lelah beban hidup bumi yang dipegangya, engkau keroposkan andaikan orang dengan penampilan gigi berlubang.

Sebetulnya guru atau pendidik itu orang tuamu yang memerdekakan generasimu. Ia menyelamatkan keturunanmu di masa depanmu. Pendidik yang memegang tongkat estafet kemanusiaanmu ke generasi berikut.

Guru yang berjiwa menyegarkan keharuman masa depanmu secara privat dan juga secara bangsa. Mengapakah engkau melukai hatinya?, mengapakah engkau merobeknya jiwa semestanya?. Dan mengapakah engkau dengan caramu merusak masa depan bangsa ini secara holistik?.

Tak sadar dan tak mengerti sama sekalikah engkau bahwa hukum semesta dan Roh dari pemegang jiwa ini memberi dengan caranya sendiri akan ganjarannya?.

Cukuplah melalui pesan ini, pembela guru dan dari para guru di negeri ini menyatakan bahwa jagalah guru seperti engkau menjaga bola matamu!!!. Janganlah salibkan guru!. TITIK.

Semoga….!!!.
{Sent by: Yesaya Goo, Dogiyai/Nabire}.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *