SECUIL KURIKULUM MERDEKA MENGAJAR

Foto: David Goo, S.Pd.

 

Dogiyai, kabardaerah.com. Kurikulum itu penting. Rohnya pendidikan itu ada di kurikulum. Kurikulum itu diterapkan di Lembaga Pendidikan.

Baik formal maupun non formal. Dari TK/PAUD sampai Perguruan Tinggi menerapkan kurikulum yang ditetapkan.

Sejak bulan 11 pebruari 2022 Menteri Pendidikan Indonesia secara resmi menerapkan kurikulum Merdeka Mengajar.

Kurikulum ini diterapkan belum lama setelah negara menerapkan kurikulum 2013. Kurikulum yang baru ini sebelumnya disebut dengan kurikulum prototipe dan kurikulum profil pancasila.

Jika dimengerti ke dalam, kurikulum Merdeka ini lebih fleksibel, lebih mudah, lebih ringkas, lebih bagus. Namun tidak jauh berbeda dengan kurikulum 2013 dan kurikulum 1975 (GBPP).

Prakteknya oleh tenaga edukatif lebih ditekankan kepada potensi, konteksnya, situasinya, dan daerahnya.

Esensi pelaksanaan kurikulum Merdeka Mengajar lebih menekankan mendorong, mendidik, mengantar siswa/mahasiswa sesuai dengan siapa yang dididik dan diasuh.

Posisi guru ada di belakang, bukan di depan. Tenaga pendidik membimbing anak didik dari belakang. Kurikulum ini bertumpuh pada “Tut Wuri Handayani”. Yang dididik harus berjalan di depan. Yang mendidik harus mendampingi dari belakang.

Memang benar bahwa kurikulum baru ini menyusun thema besar Profil Pancasila.
Ada kata pelajar Pancasila, mahasiswa pancasila, dan untuk menjadi masyarakat yang pancasilais.

Namun nilai-nilai yang diusung dalam tema besar ini dalam sebuah rumah kurikulum baru menggenjot nilai-nilai Universal, yang adalah juga berlaku ke dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat Papua.

Dalam hal dan konteks ini yang disingkronkan dengan thema di atas ini sangat tidak diragukan sama sekali.

Apa salahnya kita belajar, bahkan menjadi penjaga moral dan penjaga kebenaran di negeri ini. Karena hanya namanya yang dibungkus dengan tema itu. Isinya universal.

Manusia yang didik harus memiliki kompetensi (kemampuan) yang demokratis, bertanggungjawab, berjiwa besar, berpikir positif dan dewasa, unggul dalam moral dan ilmu, dan produktif di abad ke-21.

Maka tiap mereka dididik boleh saja pintar dalam mata pelajaran apa saja tetapi yang lebih ditekankan adalah nilai-nilai universal yang dimaksud di atas dan juga atas nilai-nilai.

Di antaranya: beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Nilai-nilai ini dikemas dan dipoles ke dalam kurikulum, assesman, dan pembelajaran.
Konteks yang berhubung dengan thema di atas, sangat didukung penuh dengan Platform Merdeka Mengajar (PMM).

Isi dan substansi PMM ini sangat membantu pendidik dan juga yang dididik, untuk mengembangkan kepribadiannya sebagai seorang pribadi manusia.

Kemanusiaanya sebagai manusia yang dihormati semua pihak, dan pengembangan aneka ragam dimensi kemanusiaan dirinya.

Karenanya, dalam PMM itu dikembangkan elemen-elemen, sub-sub elemen dan pengembangan dirinya dalam penguasaan elemen dan sub elemen itu.

(Platform dan elemen serta sub elemen dapat dilihat di laman: https://kurikulum.kemdikbud.go.id/unduhan).

Pelaksanaannya oleh pendidik dilakukan dalam 2 kegiataan yaitu Pendidikan Projek dan Pendidikan intrakulikuler.

Intrakulikuler ini dilakukan dalam kelas atau di luar kelas, tergantung skenario pembelajaran yang dirancang guru.

Untuk projek pembelajaran ini dilakukan 9 projek dalam 3 tahun di SD atau 3 tahun di SMA. Jadi dalam setahun itu 3 projek pembelajaran yang dilakukan pendidik.

Ringkasnya semua konteks dipentingkan. Input, output, outcome dan proses sama penting dan sama kedudukan serta sama perhatiannya dalam sebuah dunia pendidikan saat ini.

Proses ini digodok ke dalam platform merdeka mengajar dalam IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) oleh individu sebagai pendidik, komunitas, satuan pendidikan, Dinas Pendidikan dan komunitas-komunitas daring.

Karenanya, berbenturan dengan dimensi hidup sebagai manusia dengan segala macam kebutuhannya di era digital G.4.1.

Setiap penggerak pendidikan beriktiar mengembang peran sebagai pendidik dengan sungguh-sungguh mengikuti alur perubahan yang tengah terjadi, sambil memasuki dunia perubahan tersebut dan harus mampu melakukan perubahan dalam peran yang diembannya.

Penulisnya: Kepala Seksi Kurikulum SD, SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Di Kabupaten Dogiyai Papua. By📢: Yesaya Goo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *